Mari #BijakBerenergi Listrik di Kala Pandemi


Energi merupakan hal yang dibutuhkan manusia setiap harinya. Makanan sekalipun merupakan bentuk energi - energi kimia. Di era modern ini, kita tidak hanya membutuhkan makanan melainkan juga entertainment, media untuk bekerja, dan alat yang mempermudah aktivitas sehari-hari. Untuk memenuhi kebutuhan itu, energi listrik bertindak dominan. Namun, tahukah kamu kalau penggunaan energi listrik yang terlalu boros tidak hanya berbahaya bagi kantong tapi juga berbahaya bagi lingkungan?

Mengenal Lebih Jauh Tentang Energi Listrik

Manusia sama sekali tidak membutuhkan energi listrik. Manusia membutuhkan energi panas, energi gerak, dan energi cahaya. Akan tetapi, listrik sangat mudah untuk disalurkan dari satu tempat ke tempat lain yang sangat jauh, itulah mengapa teknologi-teknologi modern saat ini menggunakan energi listrik. Teknologi yang ada saat ini sebenarnya hanya sesimpel mengubah energi listrik menjadi bentuk energi lain yang dibutuhkan manusia.

Dalam proses pembuatannya, listrik dihasilkan oleh pembangkit listrik. Menurut Statistik Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, 45% pembangkit listrik di Indonesia masih berbahan bakar batu bara. Hal ini wajar karena Indonesia memang negara yang kaya akan batu bara sehingga membangkitkan listrik menggunakan batu bara akan lebih murah dibanding media lainnya. Namun, secara jangka panjang hal ini bisa berbahaya bagi lingkungan karena pembakaran batu bara akan menghasilkan gas rumah kaca berupa CO₂ yang sangat banyak dan berpotensi menyumbang dampak bagi perubahan iklim.

Energi Listrik dan Perubahan Iklim

Infografis efek gas rumah kaca. (sumber: karyapemuda.com)

Apakah penggunaan energi listrik menyebabkan perubahan iklim? tentu saja! Produksi energi listrik akan menghasilkan emisi CO₂, NO₂, SO₂, dan lain-lain. Gas-gas ini biasa disebut sebagai gas rumah kaca. Di atmosfer, CO₂ ini menumpuk dan menimbulkan suatu fenomena yang disebut efek rumah kaca. 

Efek rumah kaca merupakan terperangkapnya panas matahari di dalam bumi karena terhalang oleh gas-gas rumah kaca. Akibatnya, rata-rata suhu bumi akan naik lalu menyebabkan es-es di kutub mencair dan permukaan air laut naik. Fenomena ini akan membuat kota-kota yang ada di dekat laut akan semakin tenggelam - termasuk Jakarta. Karena itu, penting bagi kita untuk senantiasa kita menghemat listrik.

Energi Listrik di Saat Pandemi

Berita tentang tarif listrik dikira naik. (sumber: CNBC)

Adanya pandemi virus corona seperti yang terjadi saat ini menyebabkan kita harus menghabiskan sebagian besar waktu di rumah. Akhirnya, kita menjadi lebih boros dalam menggunakan listrik rumah. Bahkan, ada kejadian lucu di awal bulan mei ini, yaitu netizen ramai-ramai mengeluh kepada PLN dan pemerintah karena naiknya tagihan listrik mereka. Mereka menuduh bahwa pemerintah diam-diam menaikkan tarif dasar listrik.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, bukan tarif dasar listrik yang naik, memang rata-rata pemakaian merekalah yang meningkat. Karena itu, penting melakukan penghematan listrik di kala pandemi seperti ini agar tagihan listrik rumah tidak meningkat. Apa saja kiat-kiat yang bisa dilakukan untuk berenergi secara bijak di kala pandemi?

Mari #BijakBerenergi di Kala Pandemi

1. Gunakan Peralatan Hemat Energi

Ada banyak hal yang menyebabkan listrik kita membengkak, tapi kebanyakan berasal dari peralatan rumah tangga seperti televisi, kulkas, AC, lampu, dan lain-lain. Di era modern ini, peralatan ini sudah dikembangkan untuk konsumsi energi yang lebih hemat. Teknologi seperti LED diterapkan pada televisi dan lampu sementara teknologi seperti inverter diterapkan pada kulkas dan AC untuk menghemat energi. 

Membeli peralatan LED atau inverter memang terlihat lebih mahal daripada peralatan konvensional di awal, namun bila kita pertimbangkan biaya operasional dan usia pakainya, peralatan berteknologi baru ini akan jauh lebih murah. Kita lihat perbandingannya pada kasus lampu LED berikut ini:

ParameterLampu PijarLampu LED
Usia Pakai
1 Tahun
15 Tahun
Harga Lampu
Rp7.500
Rp42.500
Konsumsi Listrik
75 Watt
7 Watt
Biaya Penggantian Lampu dalam 15 Tahun
Rp112.500
Rp42.500
Konsumsi & Biaya Listrik dalam 15 Tahun
3240 kWh
Rp3.552.960
300 kWh
Rp303.600
Total Biaya 15 Tahun
Rp3.665.460
Rp346.100

Dapat dilihat, selain kita membantu menghemat konsumsi energi listrik, kita juga menghemat biaya pengeluaran yang disebabkan oleh tagihan listrik. Pada rentang waktu 15 tahun, terlihat sangat jauh perbedaan biaya kedua teknologi ini. Hal ini berlaku juga bagi peralatan rumah tangga lainnya. Jadi, selain hemat energi kita juga hemat uang.

2. Manfaatkan Udara Alami

Di masa pandemi, kendaraan umum maupun pribadi jarang beroperasi. Hal ini menyebabkan emisi yang dikeluarkan oleh kendaraan-kendaraan itu berkurang. Dampak yang paling bisa dirasakan adalah membaiknya kualitas udara. Pada akhir maret lalu saja, Air Quality Index kota Jakarta berada di angka 62. Padahal, Jakarta biasanya berada di angka 150 lebih. Hal ini berarti kualitas udara di Jakarta membaik hampir 2x lipat.

Kita bisa memanfaatkan fenomena ini untuk merasakan udara bersih yang alami. Buka kaca dan ventilasi rumah seluas-luasnya agar udara bisa masuk. Jadi, selain lebih sehat karena udara bersih dan alami, kita juga turut menghemat pengeluaran yang disebabkan oleh AC.

3. Beraktivitaslah di Siang Hari

Pada hari-hari biasa, waktu kita habis di jalanan karena harus menghadapi macet dan hiruk-pikuk lainnya. Tak heran kita harus berangkat gelap dan pulang gelap. Akhirnya, banyak aktivitas rumah yang harus dilakukan di malam hari. Berkat kebijakan work from home, hal itu tidak lagi terjadi. Kita bisa menggunakan waktu yang biasa kita habiskan di jalanan untuk melakukan aktivitas rumah. Dengan memfokuskan aktivitas di siang hari, kita bisa berhenti beraktivitas di malam hari. Hal ini dapat menghemat konsumsi listrik yang disebabkan oleh lampu. 

Selain itu, hal ini juga baik bagi kesehatan. Menurut survey yang dilakukan oleh Honestdocs, hanya 18% masyarakat Jakarta yang mampu tidur selama 7 jam atau lebih. Memfokuskan aktivitas di siang hari membuat kita lebih santai di malam hari, sehingga bisa tidur lebih lama dan lebih lelap. Jadi, selain kita menghemat pengeluaran yang disebabkan oleh lampu, kita juga bisa tidur lebih lama dan berkualitas.

4. Bersihkan Barang-Barang Elektronik

Membersihkan barang-barang elektronik seperti bunga es dari kulkas, membersihkan saluran freon pada AC, dan lain-lain dapat memperpanjang umur barang-barang tersebut. Masa karantina seperti ini sangat cocok bagi kita untuk melakukan itu karena kita memiliki lebih banyak waktu di rumah. Dengan perawatan yang baik, waktu untuk membeli barang-barang elektronik baru dapat ditunda, sehingga uang dapat kita hemat sekali lagi.

Selain itu, membersihkan barang-barang ini membuat mereka bisa bekerja lebih optimal dengan efisiensi yang tinggi. Hal ini sangat bermanfaat karena bisa menghemat konsumsi energi listrik sekaligus memperkecil peluang adanya kebocoran pada barang-barang elektronik (seperti kebocoran freon pada AC). Jadi, selain kita menghemat pengeluaran yang disebabkan oleh umur barang, kita juga bisa menghemat konsumsi energi dan mencegah adanya kebocoran.

5. Jangan Terlalu Sering Membuka Kulkas

Karantina memang membuat kita celamitan untuk membuka kulkas dan melihat ada makanan apa yang ada di dalam kulkas ๐Ÿ˜‹. Kulkas bekerja dengan cara menjaga suhu didalamnya tetap konstan. Apabila pintu kulkas dibuka, maka kulkas akan terekspos dengan suhu ruangan sehingga kulkas harus kembali mendinginkan dirinya sesaat setelah kamu menutup pintu itu. Pendinginan ini membutuhkan energi yang tidak sedikit. Apabila buka-tutup dilakukan terus-menerus, pastilah hal ini akan semakin membuat konsumsi energi melonjak.

Selain itu, terlalu banyak makan akan menaikkan berat badanmu. Saat karantina, pergerakan kita tidak seaktif di hari biasa sehingga kita mengalami kelebihan asupan kalorinya setiap harinya apabila kita makan terlalu banyak. Jadi, selain kita menghemat pengeluaran yang disebabkan oleh kulkas itu sendiri, kita juga bisa menjaga berat badan agar tidak membludak ๐Ÿ˜‚.


Tips manapun yang akan kamu gunakan, semua bermanfaat bagi kita dan lingkungan kita. Dengan menghemat energi, kita tidak hanya membantu alam untuk kembali bersahabat tapi kita juga turut membantu diri kita sendiri dengan menghemat tagihan listrik setiap bulannya. Win-win solution, bukan?

Jaga Bumi Sembari Ikut Lomba Blog Perubahan Iklim

Saya sudah berbagi pengalaman soal perubahan iklim. Anda juga bisa berbagi dengan mengikuti lomba blog "Perubahan Iklim" yang diselenggarakan KBR (Kantor Berita Radio) dan Ibu-Ibu Doyan Nulis (IIDN). Syaratnya, bisa Anda lihat di sini.

Referensi
  1. Plus Minus Lampu LED. Rajalampu. 2019.
  2. Ramai-ramai Mengeluh Tagihan Listrik & Token PLN Bengkak!. CNBC Indonesia. 2020.
  3. Safitri, Adelia Marista. Pola Tidur Masyarakat Jakarta vs Luar Jakarta. Honestdocs. 2019.
  4. Statistik Ketenagalistrikan 2019. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral. 2020. 
  5. Udara Jakarta Membaik saat Pandemi Corona, Ahli Ungkap Sebabnya. Kompas. 2020. 

Search Results

Web result๐Ÿ˜‹

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kimia Unsur: Alkali dan Alkali Tanah

Kimia Unsur: Gas Mulia dan Halogen

Hereditas (Tautan, Pindah Silang, Gagal Berpisah)