Mengungkap Cara Kerja Reaktor Nuklir


Sobat brotot pasti tahu tentang isu akan dibangunnya Reaktor Nuklir di Jawa Tengah pada 2016 yang saat ini masih sangat pro-kontra dan penuh kontroversi. Reaktor ini rencananya akan dibangun di Gunung Muria, Kabupaten Jepara, Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Pembangunan PLTN akan membutuhkan dana sekitar 67 trilyun rupiah. Rencana pembangunan Reaktor Nuklir bukanlah hal baru, hal tersebut sudah tercetus sejak tahun 1970 tapi belum terrealisasikan bahkan sampai tahun 2013 ini.

Reaktor Nuklir merupakan salah satu teknologi pembangkit listrik paling canggih, paling modern, paling efisien, dan paling mutakhir serta mungkin juga paling ramah lingkungan (dibanding PLT bahan bakar tidak terbarukan lainnya) yang diketahui manusia saat ini. Berkat kesetaraan massa-energi yang dikemukakan Albert Einstein, manusia dapat menciptakan pembangkit listrik dahsyat ini.

BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) menyatakan bahwa nuklir merupakan salah satu sumber energi paling potensial dan efektif untuk Indonesia, dengan jumlah kecil uranium, kita dapat menghasilkan bermega-megawatt listrik dibalik resikonya yang sangat besar bila terjadi kebocoran radioaktif. Namun apa rahasia dibalik teknologi dahsyat ini? Bagaimana cara kerja reaktor nuklir untuk menghasilkan kuantitas energi yang begitu besar dengan bahan bakar yang sedikit?

Uranium Dioksida

Semua berawal dari materi luar biasa bernama Uranium. Sebuah zat berbentuk batuan padat yang biasanya tampak berkilau. Proses sebenarnya dari sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir ada di tabung reaktor. Ada yang kita kenal sebagai reaksi fisi yaitu pemisahan 2 partikel atau lebih dan reaksi fusi yaitu penggabungan 2 partikel atau lebih.

Pada reaktor nuklir masa kini, terjadi reaksi fisi di dalam tabung reaktor, yaitu neutron yang membelah atom-atom uranium dan membentuk partikel-partikel baru. Pada contoh reaksi sebenarnya, sebetulnya reaksi nuklir tidaklah semudah membelah atom. Atom Uranium-235 (uranium pada umumnya) ditembbakan dengan sebuah neutron, tujuannya bukan untuk membelah namun untuk menambah massa Uranium sehingga menjadi Uranium-236, Uranium-236 yang sangat tidak stabil inilah yang kemudian akan terjadi Transmutasi, yaitu peluruhan atom-atom radioaktif menjadi unsur-unsur lainnya dan mengeluarkan energi serta radiasi.

Energi ini digunakan untuk memanaskan air dalam Tabung Air sampai menjadi uap bertekanan sangat tinggi dalam waktu yang relatif singkat.

Reaksi Fisi

Uap Air bertekanan tinggi ini lalu disalurkan untuk mengerakkan turbin dengan kecepatan yang sangat tinggi dan membangkitkan generator listrik. Sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir modern dapat menghasilkan kurang lebih 1000 Megawatt energi listrik per reaktor. Indonesia sendiri rencananya akan membangun 6 reaktor di PLTN Gunung Muria. PLTN Kashiwazaki-Kariwa di Jepang,bahkan dapat mencapai kapasitas 8000 Megawatt.


Dibalik kelebihan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir, ada sebuah kekhawatiran luar biasa yang menyertai di setiap PLTN di seluruh dunia, yaitu, Kebocoran Nuklir. Bencana ini lebih luar biasa dibandingkan gempa bumi atau tsunami karena pencemaran radioaktif tidak dapat hilang hanya dengan satu atau dua hari saja.

Kebocoran Nuklir adalah gejala dimana ada kegagalan komponen reaksi nuklir yang membuat proses reaksi jadi tidak terkontrol, sehingga partikel-partikel elektron yang tidak terserap air semakin memanas dan menyebabkan kerusakan pada inti reaktor. Ketika kebocoran pada inti reaktor terjadi, bahan radioaktif terlepas ke atmosfer dan lingkungan menyebabkan kontaminasi radioaktif ke benda-benda sekitar.

Salah satu kasus kebocoran nuklir yang paling terkenal dan paling dahsyat adalah Kasus PLTN Chernobyl di Pripyat, Ukraina dan PLTN Fukushima di Jepang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kimia Unsur: Alkali dan Alkali Tanah

Kimia Unsur: Gas Mulia dan Halogen

Hereditas (Tautan, Pindah Silang, Gagal Berpisah)