Jalan Tol – Siapa yang Diuntungkan?


Tahun politik sebentar lagi akan bergejolak, kedua kubu sama-sama mencari kelemahan dan kelebihan yang dimiliki oleh calon presidennya masing-masing. Namun ada satu hal yang cukup membuatku terusik: pembangunan jalan tol adalah hal yang mubadzir.

Di luar pandangan politik apapun, saya merupakan orang yang sangat mendukung keberadaan jalan tol – siapapun presidennya. Dua tahun yang lalu, saya merupakan salah satu penulis aktif di Wikipedia yang khusus menuliskan artikel tentang Jalan Tol Trans Jawa. Saat itu kondisinya sangat mengenaskan. Berita apapun yang saya baca untuk mengupdate laman tersebut, saya hanya mendapatkan berita pembebasan lahan yang mandek atau pembangunan yang mangkrak setelah peletakan batu pertama. Bahkan, menurut rencana 'Jalan Daendels Milenial' ini baru akan terhubung pada tahun 2022. Pada kenyataannya, pada tahun 2019 menurut rencana kita sudah bisa menikmati Jalan Tol Trans Jawa.

Biaya Pembangunan Darimana?

Lalu terbesit pemikiran: pembangunan jalan tol itu mahal, bahkan menelan biaya investasi total hingga 34 trilyun rupiah. Bagaimana cara membiayainya? Kita tidak mungkin mengorbankan APBN kita untuk infrastruktur tok. Ada dana pendidikan dan dana pertahanan yang sama pentingnya dengan infrastrukutur. Nah, Salah satu cara untuk membiayai megaproyek ini adalah dengan menerbitkan surat utang/obligasi Indonesia yang dikenal dengan nama Komodo Bond. Investor melihat peluang yang menarik, Komodo Bond laku keras, banyak uang yang masuk ke Indonesia, dan dimulailah pembangunan 'Jalan Daendels Milenial' ini. Ngomong-ngomong soal obligasi, cara ini juga yang dipakai oleh Amerika Serikat untuk membiayai pembangunan di negaranya. Jumlahnya? fantastis. Hampir mencapai 100% PDB mereka.

Jaringan Terpanjang se-Asia Tenggara

Jarang ada negara di Asia Tenggara yang memiliki jaringan tol yang bisa meghubungkan ujung-ujung pulaunya secara utuh. Singapura mungkin bisa melakukannya, namun negara kecil itu terlalu kecil untuk masuk ke dalam hitungan kita. Malaysia, negara tetangga kita merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki jaringan tol dari ujung ke ujung. Jalan tol ini diberi nama North-South Expressway, melintang dari Kedah di utara hingga Johor di selatan. Panjangnya 772 km, belum ada tandingannya. Tol Trans Jawa sepanjang 1.167 km kelak akan menggantikan posisi North-South Expressway sebagai jaringan jalan tol terpanjang di Asia Tenggara. Menarik? mungkin. Ini hanya masalah pride. Bukankah orang Indonesia selalu senang kalau dirinya mengalahkan Malaysia di berbagai bidang? Namun, bukan ini topik yang akan kita bahas.

Siapa yang Diuntungkan?

Di dunia ini tidak ada jalan tol yang tidak berbayar, karena kalau tidak berbayar namanya jalan raya biasa. Kata "toll" artinya adalah "bea/tarif" sehingga yang namanya toll road pasti ada tarifnya. Terkadang, alasan seseorang untuk tidak masuk tol adalah karena tarif tersebut. Namun, apakah kita bisa melihat opportunity benefit dibaliknya?

Untuk memulainya, mari sejenak kita lihat perbandingan waktu tempuh Jakarta-Surabaya dengan Google Maps berikut:


Waktu tempuh Jakarta-Surabaya tanpa Tol (sumber: Google Maps)

Waktu tempuh Jakarta-Surabaya melalui Jalan Tol Trans Jawa (sumber: Google Maps)

Dari gambar tersebut, waktu tercepat untuk menuju Surabaya adalah 18 jam tanpa tol dan 13 jam melalui tol. Lalu, apa dampaknya dari penghematan waktu? Pepatah kapitalis mengatakan: time is money. Jadi kita akan menerapkan itu di sini.

Bersyukurlah kalian yang memiliki mobil pribadi. Kalian bisa menggunakan Jalur Pantura untuk menghemat biaya sambil melihat pemandangan indah Laut Jawa. Bagi kamu yang tidak, jangan khawatir, kamu bisa menyewa mobil di suatu rental mobil. Harga sewa Avanza di penyedia jasa sewa mobil seperti hipcar hanya sekitar 40.000 rupiah per jam. Dengan begitu, perjalanan dari Jakarta ke Surabaya hanya membutuhkan 520.000 rupiah jika melewati tol dan 720.000 rupiah jika tidak melewati tol. Tapi tunggu, jangan lupa untuk membayar tarif tol dari Jakarta hingga Surabaya sebesar 351.500 rupiah untuk golongan I. Artinya, kita secara tidak langsung rugi sebesar 151.500 rupiah, namun setidaknya kita hemat waktu 5 jam.

Pasti jawaban tersebut sangat tidak memuaskan. Untuk apa kita membayar 5 jam dengan harga 151.500? Jawabannya akan lebih terlihat ketika kita bermain ke skala industri. Beberapa industri tidak memiliki truk kontainer mereka sendiri lebih baik mereka menyewa untuk mengurangi ongkos operasional membeli truk kontainer. Kurang lebih biaya penyewaan truk kontainer di penyedia jasa sewa kontainer kargo.co.id adalah 850.000 rupiah per jam untuk melakukan perjalanan dari Jakarta ke Surabaya dibutuhkan ongkos operasional sebesar 11.050.000 rupiah jika melewati tol dan 15.300.000 rupiah jika tidak melewati tol. Bagaimana dengan biaya tolnya itu sendiri? Ternyata biaya yang dibutuhkan cukup tinggi, 2.840.000 rupiah harus dikeluarkan oleh kendaraan Golongan V. Namun, jika diperhatikan baik-baik 11.050.000+2.840.000 = 13.890.000, masih lebih murah 1.410.000 dibanding tanpa jalan tol. Ditambah lagi, industri memiliki waktu ekstra 5 jam yang bisa dilakukan untuk melaksanakan kegiatan produktif lain. Kini menarik bukan?

Pada dasarnya pembangunan jalan tol bukan untuk mempermudah transportasi orang, tapi transportasi barang. Semakin murah harga logistik, semakin sedikit pula harga mark-up dari barang tersebut, berdampak pada harga barang ke konsumen yang semakin murah. 

Menjawab Pertanyaan Moral

Lalu, bagaimana dengan nasib pedagang di jalur pantai utara yang harus turun omzetnya karena keberadaan Jalan Tol Trans Jawa?


Referensi
  1. Apa Itu Komodo Bond. Kontan. 2017. Diakses tanggal 24 Juni 2018.
  2. BI Godok Aturan Main Komodo Bond. CNN Indonesia. 2018. Diakses tanggal 24 Juni 2018.
  3. Jasa Marga Melaju Mulus di Tol Trans Jawa. Kontan. 2018. Diakses tanggal 24 Juni 2018.
  4. Resmi Tarif Tol Jakarta-Surabaya Rp351.500. Kompas. 2018. Diakses tanggal 24 Juni 2018.

Komentar

  1. Harga logistik lebih murah, pedagang di jalur pantai utara juga diuntungkan.

    BalasHapus
  2. Ada teori yang keliru jika ingin mengatakan bahwa harga komoditas bisa turun jika biaya tranportasi / logistik diturunkan. Tidak benar. Selama rantai pasok tidak dipotong dan diawasi atau masih sama / tidak berubah, jangan harap baik konsumen maupun produsen akan mendapatkan harga yang pantas untuk suatu komoditas.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Harga komoditas mungkin tidak akan turun, tapi biaya produksi komoditas akan turun terutama di sektor logistik. Hal itu menyebabkan profit margin yang lebih besar bagi produsen. alhasil, secara keseluruhan ekonomi akan tumbuh.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kimia Unsur: Gas Mulia dan Halogen

Kimia Unsur: Alkali dan Alkali Tanah

Hereditas (Tautan, Pindah Silang, Gagal Berpisah)