Orang Indonesia, Takut Akan Ilmu Pengetahuan?


Akhir-akhir ini masyarakat Indonesia memang semakin miris. Kemirisan terbesar adalah fenomena takutnya Masyarakat tentang Ilmu Pengetahuan. Memang betul tidak semua Masyarakat Indonesia seperti itu, orang cerdas seperti para pembaca ini lebih memilih untuk diam. Tapi bukannya diam terus tidaklah selalu baik? Karena itu post ini saya tujukan kepada mereka yang takut kepada Ilmu Pengetahuan.

Akhir-akhir ini sepertinya wahana-wahana luar angkasa yang diluncurkan beberapa tahun silam sudah mulai menujukkan hasilnya dan sudah sampai ke tempat tujuannya masing-masing. Sebut saja seperti ESA yang mengirimkan Rosetta dan Philae untuk meneliti komet 67P/Churyumov-Gerasimenko, NASA juga telah berhasil meneliti Pluto dengan mengirimkan New Horizons. Bahkan yang terbaru, Teleskop luar angkasa Kepler yang didesain khusus untuk mencari planet mirip bumi, menemukan Planet Superearth Kepler-452B. Namun kira-kira apa reaksi masyarakat Indonesia? takjub? tertarik? yap, hanya sebagian dari kamu yang tidak fobia terhadap Ilmu pengetahuan akan demikian. Sisanya? Menghujat dan Mengkafirkan Amerika Serikat, Eropa, dan Ilmuwan-Ilmuwan didalamnya.

Salah Tafsir

Coba kita lihat contoh komentar dalam artikel VOA Indonesia tentang Para Peneliti NASA Temukan Planet yang Mirip Bumi. Kita lihat contoh komentarnya berikut ini:

sumber: Facebook

Entah sejak kapan Masyarakat Indonesia menggunakan Agama untuk menjadi tameng bagi ketakutannya akan Ilmu Pengetahuan. Bukankah Allah memerintahkan kita untuk melintasi langit dan bumi selagi kita bisa? Seperti yang diperintahkan-Nya dalam QS Ar-Rahman Ayat 33:
Wahai sekalian jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan. (QS Ar-Rahman:33)

Maka sebenarnya siapa orang-orang ini? Apakah mereka orang-orang yang salah tafsiran? Apakah mereka orang-orang yang salah guru? Atau apakah mereka orang-orang yang disesatkan oleh orang lain?

Standar Ganda

Momen lain yang sangat miris dikalangan masyarakat Indonesia adalah mereka yang lebih percaya teori konspirasi dibanding fakta, kasarnya adalah begini, mereka tidak percaya pendaratan Apollo 11 di Bulan, namun mereka percaya akan Neil Armstrong mendengar adzan di Bulan. Mungkin, jika nanti Astronot X berhasil mendarat di permukaan Mars, masyarakat Indonesia tidak akan percaya juga, namun kalau Astronot X tiba-tiba mendengar adzan di Mars, barulah mereka berbondong-bondong percaya. Padahal, tidak ada sama sekali bukti atau evidence yang menerangkan hal tersebut.

Orang Cerdas itu Kafir! Orang Cerdas itu Cupu!

Inilah yang terlalu sering terjadi di kalangan Masyarakat kita, jika para Fobia Ilmu Pengetahuan itu orang yang sudah dewasa, mereka akan menyebutkan bahwa para ilmuwan/orang cerdas itu Kafir, namun jika para Forbia Ilmu Pengetahuan itu anak muda/pelajar,  mereka akan menyebutkan bahwa para ilmuwan/orang cerdas itu cupu, culun, ansos, dan sebagainya.

Rasa takut akan mempelajari Ilmu Pengetahuan mungkin tidak hanya datang dari kemalasan orang itu mempelajarinya, namun juga mungkin dorongan dari masyarakat untuk tidak mempelajarinya. Mari kita contohkan seperti ini, pernah tidak orang terpintar di sekolah/kampusmu, tak jarang ada yang mengatai-ngatainya? tentu! Padahal, umumnya orang akan takjub, diluar sifatnya jika mungkin dia menjengkelkan atau apa, itu beda kasus.

sumber: lifehack.org


Membatasi Diri

Hukum alam juga memang memiliki batas-batas tertentu, seperti Kecepatan Tertinggi yang dipegang pada batas 300.000 km/detik, lalu Suhu terrendah yang dipegang pada batas 0 Kelvin / -273 derajat Celcius. Saat Einstein pertama kali mengemukakan Teori Relativitas dengan cahaya sebagai batas kecepatan tertinggi, ilmuwan kecewa dan marah bahkan ada yang tidak percaya karena dirinya dibatasi, namun, akhirnya mereka memikirkan ide-ide lain untuk mengakali/mencurangi batas tersebut atau istilah kerennya adalah "Think out of the box".

Ketika cahaya ditetapkan sebagai batas kecepatan tertinggi yang bisa dicapai oleh sebuah partikel, ilmuwan yang tak takut akan ilmu pengetahuan tidak menyerah dan percaya begitu saja. Beberapa melakukan penelitian untuk menembus batas tersebut, beberapa melakukan penelitian untuk tetap mengikuti batas tersebut namun mengakalinya, seperti Teori Warp dan Teori Worm Hole. Dan beberapa mencari cara lainnya. Bagi mereka, batas bukanlah sesuatu yang bisa menghentikan passion mereka. Batas adalah sesuatu yang mempermudah mereka dan menjadikan mereka semakin bersemangat dalam penelitian berikutnya.

Salah Siapa?

Siapa yang salah? Kembali ke diri masing-masing,
Jika kamu memang termasuk pada orang-orang yang takut akan Ilmu Pengetahuan, maka coba untuk berubah, buka beberapa buku ensiklopedia dan artikel-artikel di Internet.

Jika kamu memang termasuk pada orang-orang yang benci akan Ilmu Pengetahuan, maka coba untuk berhenti, atau setidaknya stop menyebarkan isi kepalamu kepada orang-orang yang masih percaya akan Ilmu Pengetahuan dan stop mengkafirkan atau menggunjing mereka.

Jika kamu orang yang cinta terhadap Ilmu Pengetahuan dan tidak ingin kerabatmu menjadi seorang Sciencephobia maka cobalah melakukan pendekatan dengannya, apa yang membuatnya begitu tidak percaya, hilangkan semua Teori Konspirasi dari otaknya, karena yang namanya Konspirasi, biasanya hanya pemikiran dari orang-orang yang benci dan dendam kesumat, 1% benar, 99% salah. Mereka berteori tanpa fakta, hanya melihat bukti-bukti yang buram.

Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN tahun 2015, tentu saja mereka yang berilmu akan lebih berjaya dan mereka yang takut akan semakin tersingkirkan, jika paradigma orang-orang Indonesia masih lebih banyak yang takut akan ilmu pengetahuan asli dan lebih percaya pada postingan akun-akun facebook, line, twitter, dan socmed lainnya yang berujung konspirasi, dan juga mereka yang masih mengganggap orang yang menuntut ilmu itu cupu, freak dan sebagainya kira-kira berapa banyak orang Indonesia yang akan tersingkirkan?

Komentar

  1. “Keutamaan orang yang berilmu dibanding dengan ahli ibadah, seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang-bintang. Sesungguhnya para ulama adalah pewaris para nabi. Sesungguhnya para nabi tidaklah mewariskan dinar dan dirham, (tetapi) mereka mewariskan ilmu. Barangsiapa mampu mengambilnya, berarti dia telah mengambil keberuntungan yang banyak.” [HR.Abu Dawud (3641), At-Tirmidzi(2682)].

    BalasHapus
  2. mantep gan. jarang banget liat artikel kyk gini..

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kimia Unsur: Gas Mulia dan Halogen

Kimia Unsur: Alkali dan Alkali Tanah

Hereditas (Tautan, Pindah Silang, Gagal Berpisah)